Terima kasih banyak sudah melihat Blog Budak's Jump-Bie, bagi sobat yang pengen konsultasi, berbagi cerita, pengalaman, bahkan berbisnis atau mencari skripsi berbagai jurusan..silahkan langsung layangkan email : greenijo45@yahoo.co.id hp: 085287653055.....

8.05.2009

Enak nggak Enak Libur

SESUAI substansinya, libur(an) mestinya adalah sesuatu yang menyenangkan atau mengasyikkan. Libur bisa menjadi obat mujarab yang bisa mengendurkan ketegangan dan kesibukan dari rutinitas kegiatan sehari-hari, apakah yang bernama kerja, sekolah, kuliah, atau aktivitas-aktivitas keseharian lainnya. Libur juga bisa membuat orang produktif, karena siklus rutinitas tadi sudah disegarkan, sehingga secara psikologis orang akan kembali bersemangat ketika kembali kepada rutinitasnya. Dengan cara begini, orang akan mencapai keseimbangan psikologis. Irama kehidupan juga harmoni, gara-gara libur tadi.

Itu sebabnya, negara-negara maju tak sedikit yang memperbanyak hari libur yang tujuannya justru untuk meningkatkan produktivitas kerja. Ada yang hari kerjanya hanya Senin-Kamis, tapi dengan konsekuensi jam kerja diperbanyak pada hari-hari efektif tersebut. Tapi, lain ladang lain belalang. Di negara kita, lima hari kerja hingga kini masih pro-kontra. Banyak sisi posifinya, banyak pula sisi negatifnya. Belum berakhir pro-kontra lima hari efektif, kini ditambah lagi dengan cuti bersama yang kerap memanfaatkan jeda alias sela-sela di antara dua atau lebih hari libur nasional resmi. Maka hari libur terasa lebih panjang, bahkan beberapa orang merasakan terlalu panjang.

Sejumlah dampak muncul.

Seperti tak maksimalnya fungsi pemerintah dalam memberikan pelayanan publik. Banyak urusan terkendala atau terganggu gara-gara libur yang seolah-olah ‘sambung-menyambung menjadi satu’ itu. Contohnya, minggu-minggu akhir tahun 2007 dan awal tahun 2008 yang dipenuhi oleh libur alias cuti tadi. Kalau sudah begini, libur yang mestinya menyenangkan itu, bisa saja menjadi menyusahkan. Dampak lain, lembaga pendidikan (sekolah) tak sedikit pula yang ikut-ikutan libur, meskipun Departemen Pendidikan Nasional sebenarnya tidak berkaitan dengan kebijakan cuti bersama. Anak-anak sekolah pun banyak yang kehilangan waktu belajar (di sekolah). Yang juga cukup susah dengan libur yang banyak ini, adalah para jurnalis/wartawan. Mengapa demikian? Beberapa media tempat mereka bekerja, tetap terbit meski di hari libur. Terutama media elektronik yang tak mengenal hari-hari libur resmi.

Bagaimana mau libur, tuntutan informasi di zaman sekarang ini demikian tinggi, sehingga ‘makhluk’ bernama wartawan tak bisa seenaknya liburan tanpa mengindahkan fungsi utamanya untuk menyampaikan informasi kepada publik. Jika instansi publik banyak yang libur, para wartawan juga cukup kesulitan dalam mencari berita. Di mana-mana tutup, di mana-mana cuti. ‘’Ya itulah libur. Bisa menyenangkan, bisa pula menyusahkan. Tapi yang terpenting, bangsa ini jangan sampai jadi bangsa pemalas gara-gara banyaknya cuti alias libur,’’ kata Azr, seorang mahasiswa yang cukup aktif dalam dunia belajar dan internet, hingga --katanya, enggan rasanya kalau harus berlibur. Ah, masa?

Comments :

2 komentar to “Enak nggak Enak Libur”

greenijo mengatakan...
on 

ertsata

AZR mengatakan...
on 

test.....test....comment...


harus bisa..........

Posting Komentar

 

Copyright © 2009 by UNITED GREENIJO