Terima kasih banyak sudah melihat Blog Budak's Jump-Bie, bagi sobat yang pengen konsultasi, berbagi cerita, pengalaman, bahkan berbisnis atau mencari skripsi berbagai jurusan..silahkan langsung layangkan email : greenijo45@yahoo.co.id hp: 085287653055.....

7.16.2009

Pacu Perahu Tradisional


Mau tau ada yang menarik di Kabupaten Sarolangun....???Nich cerita waktu Lebaran kemarin, pulang kampung ke Kota Sarolangun. Walaupun Kabupaten baru yang masa pembangunan. Daerah yang baru beranjak maju setelah “pisah ranjang” dengan kabupaten induk beribu kota Bangko. Dulu menjadi Kabupaten Sarko (Sarolangun Bangko). Kini, Sarolangun jadi kabupaten sendiri beberapa kecamatan (Batang Asai, Limun, Mandiangin, Pauh, Pelawan Singkut, Sarolangun), begitu juga dengan Bangko, dengan nama baru Kabupaten Merangin, beribu kota Bangko.
Lebaran di Sarolangun terasa belum lengkap bagi masyarakatnya, bila tak ada Pacu Perahu di Sungai Tembesi. Acara tahunan ini tidak begitu saja disambut oleh masyarakat setempat tetapi manfaatkan juga oleh para pedagang dadakan. Sehingga banyak kita temui di pinggiran sungai banyak para penjual yang menjajakan dagangannnya. Dengan berbagai macam-macam yang di jual, mulai dari Makan Ringan, Maenan anak-anak sampai ada juga memberikan jasa penyebaran menggunakan perahu.
Anak sungai Batang Hari ini memang cocok untuk arena pacu perahu. Sudah biasanya, lebaran diakhir dengan pacu perahu. Anak-anak perahu dengan segala upaya mendayung agar mendapat juara. Sayangnya, seringkali konflik berawal di sini. Ketika semua ingin jadi juara. Padahal awalnya, tahun 80–an, ini hanyalah bentuk dari kemeriahan kekeluargaan antar dusun. Kini sudah berkembang menjadi gengsi. Lalu jadi ajang politik pula. Ada beberapa logo partai menempel di dinding perahu, disamping perusahaan dan kelompok bisnis ikut mendukung sebagai sponsorshif.
Lebaran di sini terasa panjang, karena ditutup dengan dua hari pacu perahu di akhir minggu lebaran. Pemkab Sarolangun tampaknya harus intens menggarap pacu perahu menjadi ajang budaya yang sportif dan ekonomis. Tidak sekedar hiburan belaka. Apalagi membiarkan berkembang tanpa arah. Semestinya dianggarkan menjadi iven pariwisata.
Belasan perahu yang disolek dan dipercayakan bisa kencang di arus maka sorak sorai di tepian menggema. Jalur + 1 Km dilibas cepat. Sekitar 3–5 menit. Cuma memang sering kali tidak teratur pelepasannya, karena belum dikelola profesional. Teknik dan atlet berbakat yang dilatih beberapa bulan sebelumnya memang layak ditonton. Hadiahnya memang kecil, tapi gengsi antar sponsorshif dan tim sangat penting! Dua hari biasanya ada kelas pacu. Misalnya, perahu dengan 18 orang pendayung dan 13 pendayung di hari ke dua. Mereka tampil bisa jadi atas nama perusahaan bisnis, daerah, terakhir, adalah partai politik. Artinya, aroma Pemilu 2009 memang sudah masuk ke daerah ini.
Sebagai perantau yang pulang, melihat kota ini sepertinya belum mendapat keseimbangan pembangunan. Masih banyak yang miskin, yang kaya terus berjaya. Pemkab masih terasa belum optimal menggarap potensi. Inilah kabupaten baru yang masih berkemas untuk maju. Walau secara fisik banyak berubah, tapi secara mental belumlah begitu. Dimana jati diri generasi tidak tergarap sebagai bentuk dari pembangunan budaya [charachter building]. Sangat mengindonesia dan Jakarta banget!
Pacu Perahu sudah menjadi budaya. Anak muda di sini menggilainya. Ada beberapa kelompok atletnya memang sudah mendapat pendidikan khusus dan jam terbang lomba tinggi. Mereka sudah beradu dengan atlet dari luar negeri. Seperti Agustus lalu sempat masuk nominasi tiga besar di ajang Dragon Boat yang digelar oleh Pemko Padang.
Berpenduduk sekitar 195.905 jiwa (2004), Kota Sarolangun, sangat egaliter. Dimana, daerah ini merupakan perantauan dekat dari Ranahminang. Disamping itu, masyarakatnya terdiri dari Melayu Jambi, Jawa, Batak, China. Menariknya, daerah ini sama halnya dengan Kabupaten Dharmasraya, yang juga bercerah dengan Kabupaten Sijunjung. Keduanya berlari kencang mengejar keterpurukan selama ini di bawah bayang-bayang kota kabupaten. Kelebihan sebagai kabupaten baru, dilewati oleh Jalan Lintas Sumatera, dua jam perjalanan dari Kota Lubuk Linggau, tiga Jam dari Kota Jambi, delapan jam dari Kota Padang. Tetapi, peradaban yang melintas belum tentu bisa dimanfaatkan kalau pemimpin belum membangun tidur panjang masyarakatnya. Atau jangan-jangan justru pemimpinnya yang selalu tertidur kekenyangan. [Azr]

Comments :

0 komentar to “Pacu Perahu Tradisional”

Posting Komentar

 

Copyright © 2009 by UNITED GREENIJO